Sejarah Perkapalan Nusantara – Kita segala tentunya sudah kerap kali mendengar ungkapan ‘nenek moyang kita seorang pelaut’. Sebagai bangsa yang sejarahnya erat dengan pelayaran, RTP Gacor kita seharusnya mengenal teknologi perkapalan Nusantara. Berikut sedikit mengenai sejarah teknologi perkapalan di Nusantara.
Sebelum kapal api ditemukan, kapal dan perahu di Indonesia terbagi menjadi dua golongan besar, ialah kapal lesung dan kapal papan. Meski kedua kapal hal yang demikian paling sederhana, RTP Slot tetapi dalam pembuatannya membutuhkan teknik khusus. Evolusi teknologi kapal dapat di urutkan pada zaman pra-sejarah, dimana sampan sudah cukup diketahui disamping rakit. Ini dijelaskan dengan ditemukannya lukisan pre-historis di Pulau Kei Kecil yang terdapat di dinding gua atau batu karang meski tidak begitu terang bentuknya.
Kerajaan Sriwijaya juga sudah mengembangkan teknologi perkapalan guna mengawasi perdagangan dan daerah koloninya. Bobot Kapal Sriwijaya menempuh 250-1000 ton dengan panjang 60 meter yang cakap menampung seribu orang, belum termasuk muatan barang.
Seandainya bukti ini benar, karenanya teknologi kapal Indonesia dapat di katakan sebagai yang terbaik di Asia Tenggara.
Pada abad ke-15 sebelumnya juga sudah di kenal Perahu Kora-Kora. Di gambarkan sebagai perahu terbaik pada abad ke-15 oleh Pigafetta, sebab contoh perahu ini cukup bagus. Perahu ini ialah perahu yang paling familiar, sebab VOC mengadopsi Kora-Kora dalam pelayaran Hongi mereka di Maluku dan kerap kali kali di pakai untuk berperang oleh kerajaan-kerajaan lokal melawan penguasa Eropa ataupun dengan kerajaan-kerajaan lokal lainnya.
Pada abad ke-16 M ketika orang-orang Eropa pertama kali hingga di perairan Nusantara mereka terpikat pada Kapal Jong, sebab ukurannya lebih besar dari kapal-kapal para penjelajah Eropa dan mempunyai keunikan konstruksi yang tidak pernah mereka temukan sebelumnya. judi slot Kapal ini mempunyai kargo dengan kapasitas besar, papan lambung yang berlapis, dan mempunyai beberapa layar. Kapal Jong berperan penting dalam perdagangan di Asia Tenggara dalam mengangkut barang-barang dagangan dari wilayah timur Nusantara, Jawa, dan Sumatera untuk di kirim ke beraneka kota-kota dagang, terutama Malaka.
Keahlian arsitek kapal Jawa juga familiar tetapi cuma terbatas pada kapal-kapal kecil yang dapat berlayar kencang untuk keperluan perang. Berdasarkan orang Belanda, pusat galangan kapal di Jawa ialah Lasem. Di perkirakan puluhan pasukan kapal yang di pakai oleh Adipati Unus untuk menggempur Malaka ialah dari galangan Kapal Lasem ini.
Di bagian Timur kepulauan nusantara, pusat galangan kapal terdapat di pulau-pulau Kei. Tiap tahun kapal dan perahu yang baru selesai di buat berangkat dari Kei ke pelabuhan Maluku untuk di jual. Situs Slot88 Para pengunjung pulau Kei memuji keahlian Orang Kei dalam teknologi membuat kapal. Ilustrasi yang demikian memperlihatkan bahwa adat istiadat maritim yang sudah memberi pengaruh adat istiadat Kei di dukung oleh sebuah pengetahuan teknik perkapalan yang sudah mulai sebelum abad ke-19 M.
Kecuali kapal di atas, juga ada Kapal Padewakang. Kapal ini ada sejak abad ke-18 M, ialah kapal utama dari jenis kapal lainnya. Padewakang-padewakang milik pedagang Mandar, Makassar, dan Bugis berlayar ke segala Samudera Indonesia diantara Irian Jaya dan Semenanjung Malaya. Kapal Padewakang ini populer sebagai Armada Teripang, sebab para pedagang Makassar memakai kapal jenis ini untuk berburu teripang yang kemudian di jual terhadap pedangan Cina. Terlepas dari itu segala, kondisi ini memperlihatkan bahwa jiwa bahari sudah mewujudkan banyak jenis kapal pantas dengan keperluan setempat.
Komentar Terbaru